Sawit

Harga Sawit Sumut Stabil Meski Turun Tipis September

Harga Sawit Sumut Stabil Meski Turun Tipis September
Harga Sawit Sumut Stabil Meski Turun Tipis September

JAKARTA - Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Sumatera Utara pada periode 17–23 September 2025 mengalami penurunan tipis. Meski demikian, kondisi ini tetap menjadi perhatian utama petani sawit di daerah tersebut karena perubahan harga, sekecil apa pun, berpengaruh langsung terhadap pendapatan harian mereka.

Turunnya harga TBS tidak besar, namun tetap menimbulkan rasa was-was di kalangan petani. Ketidakpastian pasar membuat mereka harus lebih cermat dalam mengelola hasil panen dan biaya perawatan kebun, terutama bagi yang memiliki lahan dengan tanaman sawit beragam umur.

Perkembangan Harga TBS dan CPO

Berdasarkan penetapan harga terbaru, TBS sawit umur 10–20 tahun di Sumut turun sekitar Rp 15,86 per kilogram menjadi Rp 3.638,30 per kilogram. Angka ini masih terbilang stabil bila dibandingkan dengan fluktuasi besar yang pernah terjadi sebelumnya.

Untuk sawit berumur lebih muda, harga pun tercatat bervariasi. Misalnya, tanaman umur 3 tahun dihargai sekitar Rp 2.815,47 per kilogram, sementara umur 4 tahun mencapai Rp 3.084,79 per kilogram. Tanaman umur 5 tahun mendapatkan harga Rp 3.273,03 per kilogram.

Tanaman sawit yang sudah lebih tua cenderung memiliki harga lebih rendah. Sebagai contoh, umur 21 tahun dipatok Rp 3.631,48 per kilogram, umur 22 tahun Rp 3.584,57 per kilogram, dan umur 25 tahun sekitar Rp 3.331,23 per kilogram. Pola ini menunjukkan bahwa produktivitas tanaman sangat menentukan harga jual di pasar.

Selain itu, harga minyak sawit mentah (CPO) ditetapkan Rp 14.425,43 per kilogram, sementara harga inti sawit (kernel) berada pada kisaran Rp 13.775,00 per kilogram. Adapun indeks K, yang menjadi salah satu faktor penghitungan harga, ditetapkan di angka 92,92 persen.

Dampak Bagi Petani Sawit

Meski penurunan harga TBS kali ini hanya tipis, pengaruhnya tetap terasa bagi petani. Penurunan pendapatan sekecil apa pun bisa menjadi masalah, terutama bagi mereka yang hanya mengandalkan hasil panen sawit sebagai sumber pemasukan utama.

Bagi petani yang memiliki tanaman sawit usia produktif 10–20 tahun, penurunan harga mungkin tidak terlalu terasa karena periode tersebut merupakan masa optimal produksi buah. Namun, bagi petani dengan tanaman berusia lebih tua, dampaknya bisa lebih signifikan. Produktivitas kebun yang menurun ditambah harga jual yang lebih rendah membuat keuntungan semakin terbatas.

Selain itu, petani yang baru mulai panen dengan tanaman muda juga berisiko terdampak. Hasil panen yang belum maksimal ditambah harga jual yang relatif lebih rendah bisa mengurangi kemampuan mereka dalam menutupi biaya pemeliharaan kebun, pupuk, serta tenaga kerja.

Faktor Penyebab Penurunan Tipis

Ada beberapa faktor yang diduga memengaruhi penurunan tipis harga TBS di Sumatera Utara. Salah satunya adalah fluktuasi harga CPO di pasar internasional yang ikut menentukan tren harga di tingkat lokal.

Selain itu, biaya produksi yang cenderung meningkat juga dapat menjadi alasan. Petani dan pengelola kebun perlu menyesuaikan harga agar tetap bisa menutup biaya operasional seperti pemupukan, perawatan kebun, hingga transportasi hasil panen.

Permintaan domestik dan ekspor yang relatif stabil juga membuat penurunan harga tidak terlalu tajam. Kondisi ini menjadi semacam penahan alami agar harga tidak anjlok drastis, meskipun tren global sedang tidak terlalu menguntungkan.

Pentingnya Stabilitas Harga

Bagi petani sawit, stabilitas harga jauh lebih penting dibandingkan harga tinggi yang hanya berlangsung sebentar. Perubahan harga yang kecil tetapi terjadi terus-menerus dapat menyulitkan mereka dalam menyusun perencanaan keuangan jangka panjang.

Ketidakpastian membuat petani sulit menentukan strategi pembelian pupuk, biaya panen, atau perawatan kebun. Bahkan, fluktuasi harga bisa memengaruhi kualitas produksi karena petani mungkin menunda pemupukan atau mengurangi tenaga kerja untuk menekan biaya.

Dengan stabilitas harga, petani dapat lebih tenang menjalankan usahanya. Walau harga tidak selalu tinggi, setidaknya mereka bisa menghitung perkiraan pendapatan dan merencanakan pengeluaran dengan lebih pasti.

Harapan dan Antisipasi ke Depan

Petani sawit di Sumatera Utara berharap pemerintah terus hadir memberikan dukungan, baik dalam bentuk kebijakan maupun fasilitas yang meringankan biaya produksi. Subsidi pupuk, perbaikan infrastruktur jalan, serta dukungan transportasi hasil panen sangat penting untuk menjaga daya saing petani kecil.

Selain itu, efisiensi produksi juga perlu menjadi perhatian. Penggunaan teknologi pertanian, perbaikan manajemen panen, dan pengolahan pascapanen bisa membantu mengurangi biaya sehingga petani tetap memperoleh keuntungan meski harga tidak selalu tinggi.

Ke depan, pergerakan harga CPO dan kernel di pasar global masih akan menjadi acuan utama. Oleh karena itu, petani maupun pengusaha sawit di daerah diharapkan aktif memantau perkembangan pasar internasional agar bisa mengantisipasi kemungkinan perubahan harga.

Meski harga TBS sawit di Sumatera Utara pada periode 17–23 September 2025 turun tipis, kondisi ini tetap menjadi catatan penting bagi petani. Fluktuasi harga, sekecil apa pun, memiliki dampak nyata pada penghasilan mereka, terutama bagi pemilik tanaman tua atau yang baru mulai produksi.

Stabilitas harga menjadi kunci agar petani tetap bisa menjalankan usahanya dengan baik. Dukungan kebijakan, efisiensi produksi, serta sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan petani diharapkan dapat menjaga keberlanjutan sektor sawit, yang masih menjadi salah satu penopang utama ekonomi daerah maupun nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index