Emas

Emas Melemah, Investor Ambil Untung Setelah Rekor USD 3.707

Emas Melemah, Investor Ambil Untung Setelah Rekor USD 3.707
Emas Melemah, Investor Ambil Untung Setelah Rekor USD 3.707

JAKARTA - Harga emas dunia kembali mengalami koreksi setelah sehari sebelumnya sempat menembus rekor tertinggi. Pelemahan ini terutama dipicu oleh aksi ambil untung investor, sementara pasar global masih menantikan arah kebijakan lanjutan dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).

Pada Jumat, 19 September 2025, harga emas di pasar spot tercatat turun 0,4% ke level US$3.643,40 per troy ounce. Untuk kontrak emas berjangka AS pengiriman Desember, harga merosot 1,1% dan ditutup di posisi US$3.678,30 per troy ounce.

Sehari sebelumnya, harga emas bergerak sangat fluktuatif. Komoditas logam mulia ini bahkan sempat menembus rekor tertinggi sepanjang masa di level US$3.707,40 per troy ounce sebelum terkoreksi di sesi penutupan.

Tekanan Dolar AS dan Kebijakan The Fed

Pelemahan emas kali ini juga tidak lepas dari penguatan indeks dolar AS. Pada perdagangan terbaru, greenback tercatat menguat 0,5%. Kondisi ini membuat harga emas dan komoditas lain yang dibanderol dengan dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.

Situasi diperumit oleh keputusan The Fed sehari sebelumnya yang memangkas suku bunga acuannya untuk pertama kali sejak Desember lalu. Pemangkasan suku bunga ini menandai awal dari potensi pelonggaran moneter lebih lanjut.

Namun, The Fed tetap memberi peringatan mengenai ancaman inflasi yang masih tinggi. Hal tersebut menimbulkan keraguan di pasar terkait seberapa cepat bank sentral akan melanjutkan langkah pemotongan suku bunga berikutnya.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menyebut bahwa kebijakan ini dilakukan sebagai bagian dari manajemen risiko. Langkah tersebut ditujukan untuk merespons pelemahan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat. Meski demikian, Powell menegaskan bahwa pihaknya tidak akan terburu-buru dalam memulai siklus pelonggaran moneter.

Sentimen Pasar dan Aksi Ambil Untung

Ketidakpastian dari komentar Powell memicu kebingungan di pasar. Hal inilah yang kemudian mendorong investor melakukan aksi ambil untung setelah harga emas sempat melesat ke titik tertinggi baru.

Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus Senior Metals Strategist di Zaner Metals, menilai bahwa koreksi harga emas kali ini lebih bersifat teknikal. Ia menegaskan tren jangka panjang emas masih dalam jalur bullish.

“Setiap kali emas mencetak rekor baru, itu hanya memberikan keyakinan tambahan pada target US$4.000,” ungkapnya. Grant menambahkan bahwa koreksi setelah reli besar wajar terjadi karena investor ingin mengamankan keuntungan jangka pendek.

Reli Emas Didukung Diversifikasi Cadangan

Meski terkoreksi, harga emas sepanjang tahun ini sudah melonjak hampir 39%. Pendorong utama reli emas antara lain prospek suku bunga rendah dan ketidakpastian global yang terus membayangi pasar keuangan dunia.

Laporan dari SP Angel menyebutkan bahwa salah satu faktor penting dalam reli ini adalah tren diversifikasi cadangan dolar oleh bank sentral negara-negara BRIC, khususnya Tiongkok. Negara tersebut diketahui aktif meningkatkan kepemilikan emas sebagai bagian dari strategi cadangan devisa.

Data terbaru juga menunjukkan adanya lonjakan ekspor emas Swiss ke Tiongkok. Pada Agustus 2025, ekspor emas dari Swiss ke Negeri Tirai Bambu tercatat naik hingga 254% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka tersebut memperlihatkan betapa tingginya permintaan emas di pasar Asia.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada perdagangan Jumat, 19 September 2025. Perak spot naik 0,3% menjadi US$41,78 per troy ounce.

Platinum justru mencatatkan kenaikan yang lebih besar, yakni 1,6% ke level US$1.384,95 per troy ounce. Sementara itu, paladium ikut menguat 0,5% dan diperdagangkan pada posisi US$1.160,25 per troy ounce.

Pergerakan positif logam mulia lain ini turut memberi sinyal bahwa minat investor terhadap aset safe haven masih terjaga meski emas sedang terkoreksi.

Prospek Ke Depan

Dengan kondisi pasar yang masih penuh ketidakpastian, harga emas diperkirakan tetap berfluktuasi dalam jangka pendek. Sentimen utama tetap datang dari arah kebijakan moneter The Fed serta pergerakan dolar AS.

Jika suku bunga dipangkas lebih agresif dalam beberapa bulan mendatang, emas berpotensi kembali menembus rekor tertinggi. Target jangka panjang menuju US$4.000 per troy ounce masih terbuka lebar, sejalan dengan proyeksi banyak analis global.

Di sisi lain, risiko inflasi yang tidak kunjung reda bisa menahan langkah pelonggaran moneter The Fed. Hal ini berpotensi membatasi reli emas untuk sementara waktu. Meski begitu, tren bullish emas sepanjang tahun ini menunjukkan bahwa logam mulia tetap menjadi aset lindung nilai utama di tengah gejolak pasar.

Harga emas dunia pada Jumat, 19 September 2025, terkoreksi setelah mencapai rekor baru sehari sebelumnya. Penguatan dolar AS dan kebingungan pasar atas kebijakan The Fed menjadi pemicu utama aksi ambil untung investor.

Meski demikian, analis menilai koreksi ini hanyalah bagian dari dinamika pasar. Prospek emas jangka panjang masih cerah, didukung oleh tren diversifikasi cadangan devisa oleh bank sentral dunia serta tingginya permintaan dari Asia.

Pergerakan emas dan logam mulia lain menunjukkan bahwa pasar global masih melihat aset ini sebagai pilihan aman di tengah ketidakpastian. Dengan peluang menuju level US$4.000, emas diperkirakan tetap menjadi pusat perhatian dalam beberapa waktu ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index