Harga Minyak Dunia Terkoreksi Akibat Stok Solar Naik

Jumat, 19 September 2025 | 10:50:19 WIB
Harga Minyak Dunia Terkoreksi Akibat Stok Solar Naik

JAKARTA - Pasar energi global kembali menunjukkan dinamika menarik. Harga minyak mentah dunia mengalami pelemahan setelah data terbaru dari Amerika Serikat memunculkan kekhawatiran soal permintaan, khususnya pada produk solar. Kondisi ini muncul di tengah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang baru saja memangkas suku bunga sesuai perkiraan.

Pada Kamis, 18 September 2025, harga minyak berjangka jenis Brent melemah 52 sen atau 0,76% ke level US$68,22 per barel. Sementara itu, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat turun 47 sen atau 0,73% ke posisi US$64,05 per barel.

Pergerakan ini menunjukkan bagaimana pasar energi sensitif terhadap laporan stok minyak dan distilat. Di satu sisi, cadangan minyak mentah Amerika Serikat anjlok tajam akibat melonjaknya ekspor serta penurunan signifikan impor. Namun, di sisi lain, kenaikan stok distilat, termasuk solar, justru menahan penguatan harga.

Data Solar Jadi Titik Lemah

Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat mengungkapkan adanya lonjakan pada persediaan distilat pekan lalu. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran baru karena permintaan dianggap melemah, terutama di sektor transportasi dan industri.

Phil Flynn, Senior Analis di Price Futures Group, menilai bahwa pasar menaruh perhatian besar pada data solar. “Pasar bereaksi pada data solar yang menjadi titik lemah dari keseluruhan kompleks energi,” jelasnya.

Dengan meningkatnya stok distilat, investor menilai pemulihan permintaan bahan bakar masih belum konsisten. Hal ini berdampak pada kepercayaan pasar untuk mendorong harga minyak lebih tinggi dalam waktu dekat.

The Fed Potong Suku Bunga

Di luar faktor pasokan dan permintaan energi, perhatian pasar juga tertuju pada langkah The Fed. Bank sentral Amerika Serikat tersebut memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

Keputusan ini sudah sesuai dengan prediksi pasar yang sebelumnya memperkirakan adanya pelonggaran moneter. The Fed juga memberi sinyal akan ada ruang untuk pemangkasan lanjutan hingga akhir tahun, seiring kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Menurut Phil Flynn, pemangkasan suku bunga kali ini sudah diantisipasi oleh pelaku pasar. “Keputusan ini sudah sesuai perkiraan. Saat ini pasar masih bermain di posisi tengah,” ungkapnya.

Pemangkasan suku bunga secara teoritis bisa mendukung harga komoditas, termasuk minyak, karena menurunkan biaya pinjaman dan memperlemah dolar AS. Namun, data stok solar yang melemahkan sentimen membuat harga minyak gagal memanfaatkan momentum tersebut.

Pasokan Global Kembali Mengalir

Dari sisi pasokan, kabar positif datang dari Kazakhstan. Negara Asia Tengah itu kembali menyalurkan minyak melalui jalur pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan sejak 13 September 2025, setelah sebelumnya sempat dihentikan akibat masalah kontaminasi. Informasi ini disampaikan langsung oleh perusahaan energi milik negara, Kazmunaygaz.

Di Nigeria, Presiden Bola Tinubu memutuskan mencabut status darurat enam bulan di Rivers, salah satu wilayah utama ekspor minyak mentah negara itu. Pencabutan status darurat ini diharapkan dapat memulihkan produksi dan distribusi minyak secara lebih stabil.

Meski begitu, risiko pasokan global belum sepenuhnya hilang. Rusia kembali menjadi perhatian utama setelah Ukraina meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi negara tersebut. Serangan drone ke arah pelabuhan ekspor dan kilang minyak Rusia berpotensi menimbulkan gangguan distribusi dalam skala besar.

Sumber industri mengungkapkan bahwa Transneft, monopoli pipa minyak Rusia, bahkan memperingatkan produsen kemungkinan harus memangkas produksi. Hal ini menjadi indikasi serius bahwa pasokan dari Rusia bisa terganggu jika eskalasi konflik terus berlanjut.

Dinamika Harga dan Sentimen Pasar

Pergerakan harga minyak dunia saat ini mencerminkan tarik menarik antara faktor permintaan dan risiko pasokan. Di satu sisi, melemahnya data solar membuat pasar khawatir akan turunnya konsumsi energi. Namun di sisi lain, ancaman pasokan dari Rusia dan gejolak geopolitik lain tetap memberi dukungan terhadap harga.

Kebijakan The Fed juga menambah kompleksitas situasi. Suku bunga yang lebih rendah berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi global, tetapi jika permintaan energi masih lesu, dampaknya terhadap harga minyak bisa terbatas.

Sejauh ini, harga Brent yang bertahan di kisaran US$68 per barel dan WTI di sekitar US$64 per barel mencerminkan sikap hati-hati investor. Mereka menunggu kepastian lebih lanjut mengenai tren konsumsi energi dunia dalam beberapa bulan ke depan.

Prospek Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan tetap bergerak fluktuatif. Data permintaan energi dari Amerika Serikat akan menjadi sorotan utama, sementara perkembangan geopolitik di Rusia dan Timur Tengah juga bisa memicu gejolak.

Jika permintaan bahan bakar distilat membaik, peluang harga minyak untuk kembali menguat terbuka lebar. Sebaliknya, jika persediaan terus meningkat, harga bisa menghadapi tekanan lebih besar.

Pencabutan status darurat di Nigeria dan kembalinya pasokan dari Kazakhstan memang menjadi kabar baik. Namun, risiko pasokan Rusia yang belum teratasi bisa menjadi faktor penyeimbang bagi pasar energi global.

Harga minyak dunia pada Kamis, 18 September 2025, melemah seiring kenaikan stok solar di Amerika Serikat. Brent turun ke US$68,22 per barel, sementara WTI berada di US$64,05 per barel.

Data distilat yang mengecewakan membuat pasar khawatir akan lemahnya permintaan energi, meski cadangan minyak mentah AS sendiri mengalami penurunan tajam. Langkah The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin belum mampu mengangkat harga secara signifikan karena investor masih menunggu kepastian permintaan.

Dari sisi pasokan, Kazakhstan dan Nigeria memberi kabar positif, tetapi ketegangan di Rusia menambah potensi risiko. Dinamika inilah yang membuat harga minyak tetap bergerak di kisaran sempit dengan sentimen pasar yang cenderung hati-hati.

Dengan kondisi ini, harga minyak masih akan sangat bergantung pada keseimbangan antara faktor permintaan global dan risiko pasokan di berbagai belahan dunia.

Terkini

BMKG Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan DIY

Jumat, 19 September 2025 | 13:47:00 WIB

Update Harga Sembako hari ini, 19 September 2025

Jumat, 19 September 2025 | 13:46:55 WIB

Cek Bansos BPNT September 2025, Dana Rp600.000 Cair

Jumat, 19 September 2025 | 13:46:52 WIB

Panduan Daftar BPJS Ketenagakerjaan Bagi Pekerja Migran

Jumat, 19 September 2025 | 13:46:31 WIB

BPJS Kesehatan Buka Lowongan Posisi PATT 2025

Jumat, 19 September 2025 | 13:46:15 WIB